Sawah Kota Kian Habis Termakan Bangunan
Terkikisnya sawah di Kota Malang hingga saat ini menjadi pemikiran serius Pemkot Malang. Apalagi, belum ada kebijakan tentang substitusi atau pengganti sawah perkotaan yang habis termakan bangunan ruko maupun perumahan. Padahal, di bagian lain Kota Malang dituntut mempertahankan produksi padi.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Disperta) Kota Malang Niniek Suryantini membenarkan kondisi tersebut. Karenanya, disperta terus
berupaya mempertahankan sawah-sawah di Kota Malang. Sebab, langkah menambah lahan baru jelas tidak mungkin. Karena, kondisi kota terus berkembang. "Susah memang, apalagi tidak ada peraturan alih fungsi sawah menjadi bangunan maupun pengganti lahan sawah," kata Niniek, kemarin.
Berdasarkan data disperta, saat ini area persawahan di Kota Malang masih menyisakan sekitar lima ribu hektare dengan pengairan irigasi teknis. Angka ini jelas lebih kecil dibanding 10 tahun lalu. Sebaran sawah itu paling banyak di Kecamatan Lowokwaru, menyusul Sukun, Kedungkandang, dan Blimbing. Sedang Kecamatan Klojen sudah tidak lagi sebagai lumbung penghasil padi, karena habis untuk bangunan. Sedang potensi satu hektare sawah bisa menghasilkan antara 6-8 ton padi. "Ini yang harus tetap dipertahankan. Kami mencoba rancang berbagai cara," beber dia.
Langkah-langkah yang dimaksud Niniek adalah membangun komitmen dengan petani agar tidak mudah menjual sawah. Sebagai imbalan, Pemkot terus membangun dan memperbaiki saluran irigasi. Termasuk, memberi kemudahan para petani untuk mendapatkan fasilitas modal. "Kami berharap langkah ini berhasil. Karena dengan kondisi sekarang saja kebutuhan beras di kota belum tercukupi. Kebutuhan lain banyak disuplai dari luar kota," terang Niniek. (nen/lia)
Taken From Jawa Pos
Berdasarkan data disperta, saat ini area persawahan di Kota Malang masih menyisakan sekitar lima ribu hektare dengan pengairan irigasi teknis. Angka ini jelas lebih kecil dibanding 10 tahun lalu. Sebaran sawah itu paling banyak di Kecamatan Lowokwaru, menyusul Sukun, Kedungkandang, dan Blimbing. Sedang Kecamatan Klojen sudah tidak lagi sebagai lumbung penghasil padi, karena habis untuk bangunan. Sedang potensi satu hektare sawah bisa menghasilkan antara 6-8 ton padi. "Ini yang harus tetap dipertahankan. Kami mencoba rancang berbagai cara," beber dia.
Langkah-langkah yang dimaksud Niniek adalah membangun komitmen dengan petani agar tidak mudah menjual sawah. Sebagai imbalan, Pemkot terus membangun dan memperbaiki saluran irigasi. Termasuk, memberi kemudahan para petani untuk mendapatkan fasilitas modal. "Kami berharap langkah ini berhasil. Karena dengan kondisi sekarang saja kebutuhan beras di kota belum tercukupi. Kebutuhan lain banyak disuplai dari luar kota," terang Niniek. (nen/lia)
Taken From Jawa Pos
Seja o primeiro a comentar
Post a Comment
Silahkan tinggalkan komentar di bawah ini....